Kenapa Gen Z Sering Dicemooh Milenial di Dunia Kerja?
Gen Z adalah kelompok yang lahir antara 1997–2012. Pada tahun 2025, mereka ada di rentang usia 13–28 tahun. Sebagian besar sudah masuk dunia kerja, bahkan ada yang duduk di posisi manajer muda. Mereka tumbuh dalam era serba digital, penuh ketidakpastian ekonomi, serta kebiasaan kerja yang makin fleksibel. Sementara itu, Milenial lebih banyak melewati masa transisi dari analog ke digital. Perbedaan pengalaman ini sering memunculkan gesekan.
Alasan Utama Cemooh
Ada beberapa alasan mengapa Generasi Z sering mendapat komentar negatif dari Milenial. Pertama, soal etos kerja. Gen Z cenderung menilai kinerja dari hasil, bukan dari lamanya jam kerja. Mereka bisa bekerja intens beberapa jam lalu rehat, asalkan target tercapai. Pola ini sering disalahpahami sebagai “kurang gigih”.
Kedua, gaya komunikasi. Gen Z terbiasa memakai chat singkat, dokumen kolaboratif, atau bahkan video pendek untuk menyampaikan ide. Bagi Milenial yang terbiasa dengan rapat panjang, cara ini terlihat kurang formal.
Ketiga, ekspektasi karier. Gen Z menginginkan jalur karier yang jelas, transparansi gaji, serta kesempatan berkembang yang cepat. Jika struktur organisasi dianggap terlalu lambat, mereka cenderung berpindah. Milenial menilai sikap ini sebagai kurang loyal, padahal bagi Gen Z, loyalitas lahir dari keadilan.
Fakta Singkat yang Relevan
Data Deloitte menunjukkan lebih dari 40% Gen Z menilai work-life balance sebagai faktor utama dalam memilih pekerjaan. Mereka juga mengutamakan nilai perusahaan, seperti isu lingkungan dan keberagaman. Di sisi lain, laporan McKinsey menyebut Gen Z belajar lebih cepat dalam menguasai teknologi dibanding generasi sebelumnya. Jadi, walau kerap dicap “manja”, ada fakta bahwa kelompok ini justru adaptif dan kritis terhadap perubahan.
Dampak untuk Bisnis dan Organisasi
Gesekan antara Milenial dan Gen Z tidak hanya soal ego, tapi juga berpengaruh ke kinerja tim. Jika dibiarkan, kolaborasi bisa terganggu dan produktivitas menurun. Namun, jika perbedaan ini dikelola dengan baik, organisasi justru bisa mendapat keuntungan: Gen Z membawa perspektif segar, sedangkan Milenial punya pengalaman lapangan yang lebih matang. Kombinasi ini dapat memperkuat employer branding sekaligus meningkatkan retensi talenta.
Langkah Praktis Mengurangi Gesekan
Beberapa langkah sederhana bisa membantu meredam perbedaan. Pertama, audit aturan kerja. Pastikan ada fleksibilitas yang realistis tanpa mengorbankan target. Kedua, tetapkan standar komunikasi lintas kanal, sehingga gaya singkat Gen Z dan gaya formal Milenial bisa bertemu di titik tengah.
Ketiga, buka transparansi jalur karier dan struktur upah agar tidak ada salah paham. Keempat, jalankan program mentoring dua arah: Milenial berbagi pengalaman, Gen Z berbagi inovasi. Terakhir, evaluasi dan laporkan perkembangan secara berkala untuk mengukur efektivitas strategi.
Penutup
Cemooh terhadap Gen Z sebenarnya lahir dari perbedaan sudut pandang, bukan semata kekurangan. Generasi ini adaptif, kritis, dan cepat belajar, hanya saja cara mereka bekerja berbeda dari pola lama. Organisasi yang mampu memahami pola tersebut akan lebih siap bersaing dalam pasar tenaga kerja yang dinamis. Jika perusahaan Anda ingin meredam gesekan antar-generasi sekaligus menarik talenta muda yang potensial, saatnya mulai menyesuaikan sistem kerja dan komunikasi sejak sekarang.
Posting Komentar